JourneyVertical.com. Mendaki gunung kini bukan hanya sekadar kegiatan petualangan, tapi juga gaya hidup bagi banyak anak muda. Media sosial yang penuh dengan foto sunrise dari puncak gunung, tenda di atas awan, dan kabut tipis di sekitar lereng membuat siapa pun tergoda untuk ikut merasakan sensasinya. Namun, di balik tren ini, muncul pula risiko baru yang sering menimpa pendaki pemula, penipuan open trip pendakian.
Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang apa itu open trip pendakian, bagaimana modus penipu bekerja, dan langkah-langkah cerdas agar kamu tidak menjadi korban. Yuk, pahami dulu sebelum memutuskan ikut trip ke gunung impianmu.
Pahami Dulu: Apa Itu Open Trip Pendakian

Open trip pendakian adalah kegiatan naik gunung yang diselenggarakan oleh pihak ketiga seperti event organizer (EO) atau komunitas pendaki, di mana siapa pun bisa mendaftar tanpa harus mengenal satu sama lain sebelumnya. Sistem ini cocok bagi orang yang ingin mendaki tetapi tidak punya tim tetap.
Biasanya, biaya open trip sudah mencakup berbagai kebutuhan seperti transportasi, tiket masuk kawasan taman nasional, logistik, hingga pemandu. Karena bersifat terbuka dan banyak dilakukan secara online, sistem ini juga sangat rawan disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Beberapa kasus penipuan open trip yang sering terjadi antara lain:
- Penyelenggara palsu mengumpulkan biaya peserta lalu menghilang tanpa jejak.
- Fasilitas di lapangan tidak sesuai dengan janji promosi.
- Trip dibatalkan sepihak tanpa pengembalian dana.
Kebanyakan korban adalah pendaki pemula yang tertarik dengan harga murah dan tidak sempat melakukan pengecekan latar belakang penyelenggara.
Ciri-Ciri Umum Penipuan Open Trip

Agar kamu tidak terjebak, berikut beberapa tanda umum penipuan open trip pendakian yang wajib kamu waspadai:
1. Harga Terlalu Murah Tidak Masuk Akal
Harga memang sering menjadi daya tarik utama, tapi justru di sinilah banyak orang tertipu. Misalnya, pendakian Gunung Semeru ditawarkan hanya Rp150.000 sudah termasuk transportasi PP, logistik, dan izin, jelas tidak realistis. Biaya izin pendakian Semeru saja sudah cukup tinggi, belum termasuk transportasi dan perlengkapan lainnya.
2. Tidak Ada Identitas Jelas Penyelenggara
Penipu biasanya tidak mencantumkan identitas lengkap seperti nama EO, alamat kantor, atau izin usaha. Media sosial mereka baru dibuat, memiliki sedikit pengikut, dan tidak ada dokumentasi trip sebelumnya. Jika kamu menemukan akun seperti ini, sebaiknya waspadai.
3. Sistem Pembayaran yang Mencurigakan
Modus lain yang sering digunakan adalah meminta peserta untuk mentransfer uang ke rekening pribadi, bukan atas nama perusahaan atau komunitas resmi. Biasanya juga tidak ada bukti pembayaran selain chat WhatsApp.
4. Tidak Ada Kontrak atau Itinerary Resmi
Semua komunikasi hanya dilakukan lewat pesan pribadi, tanpa proposal, jadwal perjalanan, atau bukti tertulis lainnya. Padahal, penyelenggara profesional selalu memberikan dokumen resmi sebelum keberangkatan.
5. Desakan untuk Segera Transfer
Kalimat seperti “Kuota tinggal dua orang lagi, buruan transfer sekarang!” sering digunakan untuk membuat calon peserta panik dan tidak sempat berpikir jernih.
Cara Aman Menghindari Penipuan Open Trip
Ada beberapa langkah praktis yang bisa kamu lakukan sebelum memutuskan ikut open trip pendakian.
a. Cek Reputasi Penyelenggara
Cari tahu nama EO atau komunitas penyelenggara lewat Google, Instagram, Facebook, atau forum pendaki. Lihat dokumentasi trip sebelumnya, baik berupa foto, video, atau testimoni peserta asli. Hindari akun yang menggunakan foto stok dari internet atau video hasil repost.
Kamu juga bisa mencari tahu apakah penyelenggara tersebut dikenal di basecamp gunung yang akan didaki. Beberapa basecamp memiliki daftar mitra EO atau pemandu resmi yang sudah terverifikasi.
b. Minta Proposal dan Rincian Trip Lengkap
Sebelum melakukan pembayaran, pastikan penyelenggara memberikan rincian seperti:
- Itinerary lengkap perjalanan dari berangkat hingga pulang.
- Daftar fasilitas yang disediakan (transportasi, makan, tiket masuk, pemandu, tenda, dan sebagainya).
- Kebijakan pembatalan dan refund yang jelas.
- Kontak penanggung jawab, lengkap dengan nomor telepon dan alamat.
EO yang profesional biasanya akan memberikan dokumen ini tanpa harus diminta.
c. Gunakan Metode Pembayaran Aman
Hindari transfer ke rekening pribadi. Sebaiknya pilih metode pembayaran ke rekening bisnis atas nama EO atau gunakan platform pembayaran resmi seperti Midtrans, TripPlatform, atau marketplace wisata yang sudah punya sistem keamanan transaksi.
Simpan semua bukti transfer, tangkapan layar percakapan, dan dokumen terkait. Jika terjadi masalah, bukti ini bisa sangat berguna.
d. Cross-Check ke Pihak Basecamp atau Taman Nasional
Langkah ini sering diabaikan, padahal sangat efektif. Hubungi basecamp resmi atau pihak pengelola taman nasional tempat gunung berada. Tanyakan apakah EO atau pemandu yang disebutkan benar-benar terdaftar.
Contohnya, untuk Gunung Rinjani, pihak Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) memiliki daftar operator pendakian resmi yang bisa dicek di situs atau akun media sosial mereka.
e. Cek Peserta Lain dan Komunitas Pendaki
Kamu bisa bergabung dengan komunitas pendaki lokal atau forum daring seperti Facebook Group, Kaskus, atau komunitas pecinta alam di kampus. Dari sana, kamu bisa mendapatkan rekomendasi open trip yang aman dan berpengalaman.
Jika memungkinkan, ajak teman yang sudah berpengalaman untuk ikut bersama. Selain lebih aman, suasana pendakian juga jadi lebih seru.
f. Gunakan Logika dan Jangan Mudah Tergiur Promo
Promo memang menggoda, tapi selalu gunakan logika. Pendakian yang aman membutuhkan biaya realistis untuk menutupi izin, transportasi, konsumsi, dan perlengkapan. Jika penawaran terasa “terlalu bagus untuk jadi kenyataan”, kemungkinan besar memang tidak nyata.
Alternatif Lebih Aman

Jika kamu masih ragu dengan open trip yang ditemukan di internet, ada beberapa pilihan lain yang lebih aman:
1. Ikut Open Trip dari Komunitas Resmi
Beberapa komunitas pendaki besar seperti Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam), organisasi pecinta alam daerah, atau operator wisata gunung berlisensi biasanya sudah memiliki reputasi baik. Mereka berpengalaman dan memiliki prosedur keselamatan yang jelas.
2. Bentuk Private Trip dengan Teman Sendiri
Cara ini lebih fleksibel dan transparan. Kamu bisa menentukan jadwal sendiri, memilih pemandu lokal dari basecamp, dan mengatur logistik sesuai kebutuhan. Biayanya mungkin sedikit lebih tinggi, tapi keamanannya lebih terjamin.
Jika Sudah Terlanjur Ditipu
Bila kamu atau temanmu sudah menjadi korban penipuan open trip, jangan diam saja. Segera lakukan langkah-langkah berikut:
- Simpan Semua Bukti
Kumpulkan bukti transfer, tangkapan layar percakapan, iklan, dan dokumen lainnya. - Laporkan ke Pihak Berwajib
Kamu bisa melapor ke kantor polisi terdekat atau melalui situs cybercrime.polri.go.id. - Laporkan Akun Penipu di Media Sosial
Gunakan fitur “Laporkan Akun” agar platform bisa menindaklanjuti dan menutup akses pelaku. - Bagikan Pengalaman di Komunitas Pendaki
Dengan membagikan pengalamanmu, kamu bisa membantu orang lain agar tidak tertipu dengan modus yang sama.
Mendaki gunung memang menawarkan keindahan alam dan pengalaman spiritual yang tak terlupakan. Namun, keselamatan dan keamanan tetap harus menjadi prioritas utama. Jangan biarkan antusiasme membuatmu lengah terhadap potensi penipuan open trip.
Luangkan waktu untuk meneliti, memverifikasi, dan memastikan penyelenggara yang kamu pilih benar-benar terpercaya. Dengan langkah yang tepat, kamu bisa menikmati pendakian dengan tenang, tanpa rasa khawatir.
Karena sejatinya, perjalanan terbaik bukan hanya tentang sampai di puncak, tetapi juga tentang bagaimana kamu mencapainya dengan aman dan bijak.

