JourneyVertical.com. Siapa sih yang kepikiran ingin menghadapi situasi darurat ketika sedang berada di alam bebas, naik gunung, atau menjelajah hutan? Mungkin nggak banyak. Tapi kenyataannya, bencana, kecelakaan, atau situasi tak terduga bisa datang kapan saja. Nah, survival adalah ilmu dan keterampilan penting yang bisa jadi penyelamat saat keadaan mendesak.
Dalam artikel ini, kita akan sama-sama memahami: apa itu survival, dari mana asal katanya, mengapa penting, komponen-komponen utama dalam survival, dan bagaimana cara melatih diri agar kita siap jika situasi darurat tiba. Yuk, kita mulai perjalanan pemahamannya!
Dari Kata ke Makna: Asal Usul & Definisi Survival
Kata “survival” berasal dari bahasa Inggris survive, yang berarti “bertahan hidup” atau “selamat dari situasi sulit.” Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah survive diterjemahkan sebagai sintas, yakni tetap hidup atau berhasil bertahan menghadapi kondisi sulit. Sementara itu, survival bisa diartikan sebagai kemampuan atau proses bertahan hidup.
Menurut beberapa sumber:
- Kumparan menyebut bahwa survival adalah kemampuan seseorang (survivor) untuk bertahan hidup dan keluar dari kondisi kritis.
- Dalam konteks alam bebas, survival menjadi ilmu untuk mempertahankan diri menggunakan perlengkapan seadanya hingga pertolongan atau jalan keluar datang.
- Britannica mendefinisikan survival sebagai “the state or fact of continuing to live or exist especially despite difficult conditions.”
Jadi, secara sederhana:
Survival = Proses & kemampuan untuk tetap hidup / bertahan di kondisi sulit, terutama ketika kita berada dalam situasi darurat atau ekstrim.
Tapi, penting juga untuk memahami bahwa survival bukan cuma tentang fisik, tubuh kuat, alat canggih, dan langkah teknis. Ada banyak faktor non-fisik yang berperan besar: mental, emosi, kreativitas, dan ketenangan pikiran.
Kenapa Survival Itu Penting?

Memahami Apa Itu Survival. Sumber foto: klasika.kompas.id
Mungkin kamu berpikir: “Ah, saya nggak bakal tersesat atau kena musibah di alam.” Tapi kenyataannya:
- Situasi darurat bisa datang mendadak
Alam tidak bisa diprediksi 100%. Badai, badai petir, longsor, kabut tebal, semua bisa terjadi. Orang yang punya skill survival punya peluang lebih besar untuk melewatinya dengan selamat. - Mengasah kemandirian & percaya diri
Saat kamu tahu cara mencari air, membuat tenda darurat, atau mengenali tanaman aman, kamu merasa lebih siap dan nggak gampang panik. - Menjadi pelindung bagi diri sendiri dan orang lain
Kalau kamu berada di kelompok, punya kemampuan survival berarti kamu bisa membantu orang lain yang kurang beruntung atau salah langkah. - Meningkatkan rasa hormat kepada alam
Belajar survival bikin kamu lebih sadar bahwa alam punya aturan sendiri. Kita bukan penguasa di sana, kita hanyalah tamu. Semakin kita paham bagaimana bertahan, semakin kita menghargai keseimbangan alam. - Aman dalam situasi tak terduga
Dalam bencana alam maupun kecelakaan, tim penyelamat bisa datang terlambat. Skill survival memberi waktu dan cara supaya kamu tetap aman hingga pertolongan tiba.
Jadi, mempelajari survival bukan sekadar hobi ekstrim, tapi itu investasi nyawa.
Komponen Utama dalam Survival

Sumber foto: Freepic.com (foto ilustrasi)
Agar kita makin paham, mari kita kupas elemen-elemen yang membentuk konsep survival itu sendiri. Dengan mengenali komponen-komponen ini, kita bisa latihan dan siap secara menyeluruh.
1. Fisik (Body)
Tubuh adalah instrumen utama kita. Tanpa kondisi fisik yang relatif baik, banyak teknik survival akan sulit dilakukan. Faktor fisik meliputi:
- Kekuatan otot & daya tahan
- Kondisi jantung, paru
- Fleksibilitas & mobilitas
- Kesehatan dasar: tidak punya penyakit berat yang menghambat gerak
Secara sederhana, kamu bisa latihan jalan jauh, membawa beban ringan, latihan kardio, agar tubuhmu siap terus bergerak dalam tekanan.
2. Mental & Emotional
Ini mungkin bagian yang sering dianggap ringan, padahal sangat krusial. Di situasi genting, yang bisa membuat orang “jatuh” justru bukan kondisi alam, melainkan panik, stres, kehilangan harapan. Faktor mental & emosi yang penting:
- Ketahanan mental (resilience)
- Stabilitas emosional (jangan mudah terpancing rasa takut atau putus asa)
- Kemampuan mengambil keputusan dalam tekanan
- Kreativitas & improvisasi ketika rencana utama gagal
Banyak pelatihan survival menekankan “80% mental, 20% teknik.” Ada pernyataan bahwa kesiapan mental menjadi kunci besar dalam bertahan hidup.
3. Pengetahuan & Teknik
Kamu bisa sangat kuat dan tenang, tapi tanpa tahu teknik dasar buat bertahan hidup, itu kurang maksimal. Pengetahuan dan teknik mencakup:
- Cara mencari dan memurnikan air
- Membuat tempat berteduh (shelter)
- Menyalakan api dalam kondisi sulit
- Mencari makanan alam (tanaman, serangga, dll)
- Navigasi alami & penggunaan alat navigasi
- Pertolongan pertama dasar
- Membaca tanda-tanda alam (cuaca, tanda bahaya)
- Teknik sinyal pertolongan (asap, pantulan, suara)
Teknik ini bisa dipelajari lewat pelatihan, buku, kursus, atau praktik lapangan.
4. Peralatan & Logistik
Seberapa pun hebat skill-mu, kalau tidak dibekali peralatan yang tepat, kamu akan sangat terbatas. Beberapa perlengkapan penting:
- Alat pencahayaan (senter, headlamp)
- Pemantik / korek api / firestarter
- Pisau / alat potong
- Botol air + perangkat penjernih air (tablet, filter)
- Kompas & peta
- Tali/paracord
- Pakaian cadangan & pelindung
- P3K / obat-obatan dasar
- Peluit / alat sinyal
Peralatan ini adalah “teman setia” di alam liar. Jangan anggap remeh membawa sesuatu yang kecil tapi krusial.
5. Adaptasi & Improvisasi
Alam tidak pernah berjalan sesuai rencana. Esensinya, kemampuan untuk beradaptasi adalah bagian tak terpisahkan dari survival. Jika rencana A gagal, kamu harus cepat berpikir rencana B, C, bahkan D. Improvisasi menggunakan apa yang ada di sekitarmu sebagai bahan alternatif, itu inti survival sejati.
Bagaimana Cara Memahami & Menguasai Survival?
Bagus kalau kamu sudah paham unsur-unsur survival. Tapi bagaimana agar benar-benar menguasainya? Berikut langkah-langkah praktis:
1. Mulai dari teori dasar
Baca buku-buku survival, ikuti kelas dasar, tonton video pelatihan. Pahami dulu konsep: air, api, tempat tinggal, makanan, navigasi. Teori akan jadi peta awalmu sebelum masuk lapangan.
2. Latihan simulasi
Teori tanpa praktik kurang efektif. Coba camping di alam liar, latih membuat shelter sederhana, coba nyalakan api dengan bahan alami, cari sumber air, buat sinyal. Latihan dalam kondisi aman dulu, supaya ketika situasi asli datang, kamu nggak kaget.
3. Evaluasi diri
Setiap latihan, catat apa yang berhasil dan apa yang gagal. Apa peralatan yang hilang? Teknik mana yang sulit? Bagian mental mana yang mulai goyah? Dengan evaluasi, latihan berikutnya bisa lebih baik.
4. Gabung komunitas / ikut kursus
Di kota-kota besar sering ada komunitas alam atau sekolah survival. Ikut mereka, banyak belajar langsung dari yang sudah pengalaman. Bisa juga ikut pelatihan resmi—keuntungan: dibimbing instruktur dan mendapat feedback langsung.
5. Siapkan mental sebelum berangkat
Setiap kali hendak mendaki atau menjelajah alam, latih mentalmu: bayangkan situasi buruk, bagaimana kamu akan bereaksi, mana yang harus kamu prioritaskan. Dengan mental terlatih, saat situasi mendesak datang, kamu nggak akan langsung panik.
Contoh Kasus: Survival di Hutan Tropis
Misalnya kamu mendaki gunung di hutan tropis Indonesia. Tiba-tiba hujan lebat, kabut turun, dan jalur tak terlihat. Dalam kondisi seperti itu:
- Kamu berhenti dulu (STOP), tarik napas, tenangkan pikiran.
- Amati sekeliling, ada aliran kecil air? Ada pohon besar yang bisa digunakan sebagai tempat berteduh darurat?
- Tentukan prioritas: buat tempat berteduh sederhana dulu, kumpulkan kayu, lalu cari air bersih.
- Gunakan ember daun besar untuk menampung air hujan.
- Nyala api kecil untuk menghangatkan dan sebagai sinyal.
- Coba cari buah liar atau tanaman yang aman sebagai camilan ringan (jika tahu jenisnya).
- Siapkan rute keluar berdasarkan arah sungai atau sinyal alam.
Dalam kasus nyata, banyak pendaki selamat dengan cara sederhana seperti itu, tidak harus heroik, cukup bertahan dengan akal, kesabaran, dan ketenangan.
Tips Praktis Memahami dan Menerapkan Survival
Berikut beberapa tips ringan dan praktis agar pemahaman survival bisa langsung diterapkan:
- Bawa catatan kecil
Tulis poin-poin penting teknik survival dalam kartu tahan air, letakkan di tas. Kalau lupa, tinggal buka dan baca ulang. - Latihan mental kapan saja
Dalam perjalanan sehari-hari, bayangkan skenario darurat: “Kalau saya tersesat di hutan, langkah pertama saya apa?” Dengan begitu mental siap tiap saat. - Mengenal lingkungan lokal
Jika kamu sering mendaki di hutan di Jawa atau Kalimantan, pelajari tanaman dan hewan lokal; apa aman dimakan, apa yang beracun. Pengetahuan lokal penting sekali. - Uji diri dalam kondisi ringan dulu
Waktu camping atau hiking ringan, coba “tantang diri” dengan sedikit latihan survival: buat shelter hanya dengan daun/ranting, cari air tanpa botol cadangan, tidur seadanya. Tapi tetap aman dan tidak ekstrem. - Jangan remehkan alat kecil
Korek api waterproof, tali paracord pendek, pisau kecil; mereka mungkin tampak sederhana, tapi saat kondisi mendesak, mereka jadi sangat bernilai.
Penutup: Survival Bukan Sekadar Teknik, Tapi Sikap
Memahami apa itu survival bukan hanya menghafal teori atau teknik. Ini soal membentuk sikap, ketenangan, rasa hormat kepada alam, kesiapan mental, dan kemauan untuk belajar dan adaptasi.
Kalau kamu mendaki atau menjelajah alam, jangan hanya fokus pada puncak atau foto keren, siapkan juga diri dan pikiranmu. Dengan bekal pengetahuan survival, kamu bukan hanya lebih aman, tapi dapat menikmati alam dengan lebih yakin dan penuh rasa hormat.
Semoga artikel ini membantu kamu memahami “apa itu survival” dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Kalau kamu ingin saya buat versi yang khusus untuk hutan Indonesia, survival di laut, atau materi pendamping (contoh latihan), tinggal bilang aja. Mau saya lanjut buat versi itu?

