JourneyVertical.com. Setiap goresan di kain Batik Incung menyimpan cerita lama dari tanah Kerinci, tentang kehidupan yang selaras dengan alam, kebijaksanaan leluhur, dan rasa cinta yang dalam terhadap budaya. Bagi masyarakat Sungai Penuh, batik ini bukan sekadar kain bermotif indah, tapi simbol jati diri dan cara mereka menghargai perjalanan waktu yang penuh makna.
Kalau kamu berkunjung ke Sungai Penuh, sebuah kota kecil yang sejuk di Provinsi Jambi, jangan heran kalau kamu sering melihat kain batik dengan motif yang berbeda dari biasanya. Itulah Batik Incung, warisan budaya kebanggaan masyarakat Kerinci yang kini mulai dikenal luas di berbagai daerah Indonesia.
Batik ini bukan hanya soal keindahan visual, tapi juga menyimpan kisah panjang tentang sejarah, tradisi, dan filosofi kehidupan masyarakat Kerinci. Nama “Incung” sendiri berasal dari Aksara Incung, yaitu huruf kuno yang pernah digunakan oleh leluhur suku Kerinci untuk menulis dan berkomunikasi jauh sebelum aksara Latin dikenal.
Menariknya, aksara kuno ini tidak dibiarkan punah begitu saja. Para seniman dan perajin lokal Sungai Penuh berhasil menghidupkannya kembali lewat karya batik, menjadikan huruf-huruf Incung sebagai motif utama dalam setiap goresan malam di atas kain. Dari sinilah lahir keindahan Batik Incung, batik yang tidak hanya punya nilai estetika, tapi juga jiwa dan makna mendalam.
Sejarah dan Makna di Balik Batik Incung

Perajin merapikan beberapa lembar kain batik bermotif aksara incung Kerinci yang dijemur di tempat produksi batik Daun Sirih Desa Simpang Tiga, Sungai Penuh, Jambi, Senin (16/9/2024): bisnis.com
Dahulu, Aksara Incung digunakan untuk menulis berbagai hal penting, seperti silsilah keluarga, hukum adat, hingga kisah kehidupan masyarakat. Tulisan itu biasanya dibuat di atas bambu, kulit kayu, atau tanduk kerbau. Bisa dibilang, huruf Incung adalah bentuk komunikasi yang merekam cara berpikir orang Kerinci di masa lalu cerdas, simbolik, dan penuh filosofi.
Ketika tradisi menulis Incung mulai ditinggalkan, muncul keinginan dari masyarakat Kerinci untuk melestarikan warisan tersebut dalam bentuk yang lebih kekinian. Akhirnya, huruf-huruf Incung diadaptasi menjadi motif batik, sehingga aksara ini tidak hanya menjadi kenangan masa lalu, tetapi juga simbol identitas budaya yang hidup hingga kini.
Setiap motif Batik Incung punya makna tersendiri.
Misalnya:
- Motif Sulur melambangkan kehidupan yang terus tumbuh.
- Motif Pucuk Rebung menyimbolkan semangat muda dan harapan baru.
- Motif Kaco Sesudung menggambarkan keseimbangan antara manusia dan alam.
- Motif Daun Sirih dan Bunga Keladi menjadi lambang keramahan dan ketulusan hati masyarakat Kerinci.
Selain itu, motif terkenal Mendah Kincai dianggap sebagai motif utama karena menggabungkan aksara Incung dengan flora, fauna, dan simbol adat Kerinci.
Setiap helai Batik Incung seakan menceritakan kisah tentang kehidupan, adat, dan kebijaksanaan leluhur.
Keunikan Batik Incung Dibanding Batik Lain
Kalau batik dari Jawa dikenal dengan motif geometris atau simbol-simbol kerajaan, Batik Incung punya gaya yang berbeda. Ciri khasnya terletak pada aksara Incung bentuk hurufnya yang tajam dan geometris menciptakan pola yang sangat artistik.
Selain huruf, Batik Incung juga mengangkat unsur flora dan fauna khas Kerinci, seperti dedaunan, bunga, hingga hewan yang hidup di pegunungan. Kombinasi ini menjadikan Batik Incung tampak unik, modern, tapi tetap sarat makna tradisional.
Tidak heran kalau kini banyak desainer muda mulai melirik Batik Incung sebagai inspirasi busana etnik modern. Warnanya yang tegas dan motifnya yang kuat membuat batik ini mudah dipadukan dengan berbagai gaya, baik formal maupun santai.
Proses Pembuatan Batik Incung

Perajin mencetak motif batik aksara incung Kerinci di tempat produksi batik Daun Sirih Desa Simpang Tiga, Sungai Penuh, Jambi, Senin (16/9/2024). Sumber foto: bisnis.com
Pembuatan Batik Incung masih dilakukan dengan cara tradisional dan penuh ketelitian. Prosesnya dimulai dari membuat pola desain berdasarkan huruf Incung, kemudian digambar di atas kain menggunakan canting dan malam dalam teknik batik tulis. Beberapa pengrajin juga menggunakan teknik cap, tetapi tetap mempertahankan sentuhan manual pada tahap akhir.
Setelah motif selesai, kain akan melewati proses pewarnaan alami atau sintetis, lalu dijemur di bawah sinar matahari. Pewarnaan bisa dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil warna yang lebih tajam dan kontras.
Ciri khas Batik Incung terlihat dari kombinasi warna tegas seperti hitam, coklat, dan merah, yang mencerminkan karakter kuat dan keteguhan masyarakat Kerinci. Setiap tahap pembuatannya membutuhkan waktu dan kesabaran, tapi hasil akhirnya selalu memancarkan keindahan dan nilai seni tinggi.
Tantangan dan Harapan
Meski pesona Batik Incung mulai dikenal luas, perjuangan untuk melestarikannya tidaklah mudah. Masih ada beberapa tantangan seperti minimnya generasi muda yang tertarik membatik, keterbatasan bahan alami, serta kendala modal bagi perajin lokal.
Karena itu, dukungan dari berbagai pihak pemerintah, UMKM, dan masyarakat, sangat dibutuhkan. Pelatihan membatik, promosi digital, serta kerja sama antar komunitas kreatif bisa membantu Batik Incung terus tumbuh dan dikenal lebih luas.
Harapannya, Batik Incung tidak hanya menjadi simbol budaya Kerinci, tapi juga ikon ekonomi kreatif Jambi yang mampu bersaing di kancah nasional bahkan internasional.
Batik Incung bukan hanya tentang kain dan motif, tapi tentang cerita, identitas, dan kebanggaan. Setiap lembar batik membawa pesan dari leluhur tentang kehidupan yang harmonis, sederhana, dan penuh makna.
Lewat tangan para pengrajin yang sabar dan kreatif, Batik Incung terus hidup menenun masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam satu helai kain yang penuh filosofi dan cinta budaya.

