Pernah dengar istilah hipotermia? Buat kamu yang suka naik gunung, camping, atau beraktivitas di luar ruangan, istilah ini pasti sudah sering terdengar. Tapi banyak juga yang belum benar-benar paham seberapa berbahayanya kondisi ini. Hipotermia bukan sekadar rasa dingin biasa. Ini adalah situasi serius ketika suhu tubuh menurun di bawah 35°C dan tubuh tidak mampu lagi menghasilkan panas yang cukup untuk menjaga fungsi organ vital.
Saat tubuh terlalu lama terpapar suhu dingin, panas tubuh keluar lebih cepat dari yang bisa dihasilkan. Akibatnya, jantung, sistem saraf, dan organ penting lain bisa terganggu. Kalau tidak segera ditangani, hipotermia bisa menyebabkan kehilangan kesadaran, bahkan berujung fatal. Tapi kabar baiknya, dengan penanganan yang tepat dan cepat, kamu bisa mengatasi hipotermia tanpa harus panik atau panik berlebihan.
Apa Itu Hipotermia dan Mengapa Bisa Terjadi

Mengatasi hipotermia di gunung (sumber foto: EIGER ADVENTURE)
Secara sederhana, hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh turun terlalu rendah. Tubuh manusia idealnya berada di kisaran 36–37°C. Begitu suhu turun terlalu jauh di bawah angka itu, sistem tubuh mulai melambat. Hipotermia sering terjadi saat seseorang terlalu lama berada di cuaca dingin, terkena hujan, atau terpapar angin kencang tanpa perlindungan cukup. Bahkan, berada di ruangan ber-AC terlalu dingin dengan tubuh basah pun bisa memicu kondisi ini.
Beberapa hal yang memperbesar risiko hipotermia misalnya kurang makan, kelelahan ekstrem, atau mengenakan pakaian yang tidak sesuai cuaca. Misalnya kamu mendaki gunung tanpa jaket tebal, atau kehujanan dan tidak segera mengganti pakaian basah. Semua hal kecil seperti itu bisa mempercepat penurunan suhu tubuh, apalagi jika tubuh sudah dalam kondisi lemah atau lapar.
Tubuh sebenarnya punya mekanisme alami untuk menjaga suhu tetap hangat, salah satunya dengan menggigil. Tapi kalau tubuh terus kehilangan panas tanpa kesempatan untuk memulihkannya, maka kemampuan bertahan itu akan menurun, dan di situlah hipotermia mulai membahayakan.
Tanda-Tanda Tubuh Mulai Mengalami Hipotermia

Mencegah hipotermia di gunung. (sumber foto: blog.bonsecours.com)
Banyak orang sering mengira mereka hanya kedinginan biasa, padahal tubuhnya sudah masuk ke tahap awal hipotermia. Tanda pertama biasanya adalah menggigil hebat. Ini adalah cara tubuh mencoba menghasilkan panas melalui gerakan otot. Namun ketika menggigil mulai berkurang, itu bukan tanda membaik, justru menandakan bahwa tubuh mulai kehabisan energi untuk melawan dingin.
Selain menggigil, gejala lain yang sering muncul adalah bicara menjadi lambat atau cadel, gerakan tubuh kaku, dan mulai sulit fokus. Kulit biasanya terasa dingin, pucat, dan lembap. Pada tahap lebih lanjut, seseorang bisa terlihat kebingungan, kehilangan keseimbangan, bahkan bisa pingsan. Jika sudah sampai tahap ini, berarti suhu tubuh sudah terlalu rendah dan butuh pertolongan segera.
Hipotermia yang dibiarkan bisa membuat denyut jantung melemah, pernapasan melambat, hingga kehilangan kesadaran total. Karena itu, mengenali tanda-tanda awalnya menjadi langkah penting sebelum kondisi makin parah.
Langkah Cepat Mengatasi Hipotermia

Tim pendaki gunung sedang mengatasi hipotermia di area bersalju dengan memberikan minuman hangat dan membungkus korban menggunakan sleeping bag untuk menjaga suhu tubuh. (sumber foto: bushwalkingmanual.org.au)
Begitu kamu atau temanmu mulai menunjukkan tanda hipotermia, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauh dari sumber dingin. Segera cari tempat yang lebih hangat atau terlindung dari angin. Kalau kamu berada di gunung, masuklah ke dalam tenda atau cari tempat berteduh dari hujan dan angin.
Langkah berikutnya adalah melepas pakaian yang basah dan menggantinya dengan yang kering. Pakaian lembap bisa menarik panas tubuh keluar lebih cepat, jadi semakin lama dibiarkan, semakin berbahaya. Kalau tidak ada pakaian kering, kamu bisa menggunakan selimut, jaket tebal, atau bahkan sleeping bag untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil.
Setelah itu, bantu tubuh untuk menghangat perlahan. Hindari langsung menempel ke api unggun atau sumber panas ekstrem karena perubahan suhu yang terlalu cepat bisa menyebabkan gangguan pada jantung. Lebih baik hangatkan tubuh secara bertahap, misalnya dengan sumber panas jarak sedang atau kompres hangat di bagian dada dan leher.
Jika korban masih sadar, berikan minuman hangat seperti teh, air jahe, atau susu. Hindari minuman berkafein atau alkohol karena bisa memperburuk kehilangan panas tubuh. Minuman hangat membantu menaikkan suhu tubuh dari dalam sekaligus menambah energi.
Dalam keadaan darurat, kamu juga bisa menggunakan cara yang disebut metode “badan ke badan”. Caranya, satu orang dengan suhu tubuh normal berbaring berdekatan dengan korban di dalam sleeping bag atau selimut. Panas tubuh orang yang sehat bisa membantu menaikkan suhu tubuh korban secara alami. Cara ini sederhana tapi sangat efektif, terutama di gunung atau tempat tanpa akses medis.
Jika kondisi korban mulai parah, misalnya tidak sadarkan diri atau napasnya melemah, segera cari bantuan medis secepat mungkin. Sambil menunggu pertolongan datang, pastikan korban tetap hangat dan tidak terkena angin langsung. Jangan melakukan pijatan pada bagian tubuh yang dingin, karena bisa merusak jaringan. Periksa napas dan denyut nadi secara berkala, dan lakukan CPR jika diperlukan dan kamu tahu caranya.
Hipotermia berat bisa terlihat seperti korban tidak bernapas, padahal metabolisme tubuhnya hanya melambat ekstrem. Karena itu, jangan langsung menganggap seseorang sudah meninggal hanya karena tubuhnya terasa dingin dan tak bergerak. Tetap lakukan pemantauan sampai bantuan datang.
Mencegah Hipotermia Sebelum Terjadi

Cara terbaik mengatasi hipotermia adalah dengan mencegahnya sebelum terjadi. Saat kamu merencanakan aktivitas di alam, persiapan adalah kunci. Pastikan membawa pakaian berlapis, terutama jaket tahan angin dan air. Pilih bahan pakaian yang bisa menjaga suhu tubuh, seperti wol atau bahan sintetis. Hindari pakaian berbahan katun karena katun menyerap air dan butuh waktu lama untuk kering.
Kalau kamu mendaki atau camping, jangan menunggu kedinginan baru memakai jaket. Kenakan lapisan hangat sejak awal agar tubuh tetap stabil. Usahakan untuk tidak berkeringat berlebihan, karena keringat yang lembap bisa memicu penurunan suhu tubuh. Atur ritme jalan, dan buka lapisan pakaian kalau mulai panas.
Selain itu, pastikan tubuh tetap bertenaga dengan makan makanan berkalori tinggi dan cukup minum. Energi dari makanan membantu tubuh memproduksi panas. Saat beristirahat di tempat dingin, jangan lupa menyiapkan alas tidur yang tebal untuk menghindari penyerapan panas tubuh ke tanah.
Dengan persiapan yang matang, kamu bisa terhindar dari hipotermia sekaligus menikmati aktivitas outdoor dengan nyaman dan aman. Banyak orang berpikir mereka cukup kuat menghadapi dingin, tapi kenyataannya tubuh punya batas. Mengetahui cara melindungi diri dari dingin ekstrem bukan tanda takut, tapi tanda kamu paham cara bertahan di alam dengan bijak.
Hipotermia bukan hal yang bisa dianggap sepele. Tapi dengan memahami tanda-tanda awal, melakukan langkah penanganan yang benar, dan selalu siap dengan perlengkapan yang sesuai, kamu bisa mengatasinya tanpa harus panik. Saat suhu turun dan kondisi tidak bersahabat, ketenangan dan pengetahuan bisa jadi penyelamat terbaik.

