JourneyVertical.com. Bayangkan gugusan pulau tropis, air laut sejernih kaca, terumbu karang berwarna-warni yang rumah bagi ribuan ikan, dan masyarakat lokal yang punya kearifan dalam menjaga alamnya, itu kira-kira gambaran Raja Ampat sebelum dan kini setelah mendapat pengakuan besar dari dunia. Pada akhir September 2025, UNESCO secara resmi menetapkan Raja Ampat, di Provinsi Papua Barat, sebagai Cagar Biosfer Dunia. Pengakuan ini bukan hanya simbol, tapi juga langkah konkret dalam menjaga keanekaragaman hayati sambil tetap mengutamakan keberlanjutan kehidupan masyarakat setempat.
Mari kita kupas bareng-bareng apa saja makna, potensi, dan tantangannya dari status baru ini.
Teknologi & Fakta Dasar: Seberapa Besar dan Apa Isinya?

Pulau kecil di Raja Ampat yang dikelilingi oleh badan air pada siang hari.
Beberapa data pokoknya:
- Cagar Biosfer Raja Ampat memiliki area sekitar 135.000 km².
- Terdapat sekitar 610 pulau, tapi hanya 34 pulau yang berpenghuni manusia.
- Raja Ampat berada di jantung Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle), yang dikenal global sebagai salah satu hotspot keanekaragaman laut.
- Keanekaragaman hayatinya luar biasa: lebih dari 75 persen spesies karang dunia, lebih dari 1.320 spesies ikan karang, plus lima jenis penyu yang terancam punah termasuk penyu sisik.
- Sekitar 60 persen terumbu karang di Raja Ampat berada dalam kondisi “baik hingga sangat baik”.
Kenapa UNESCO Memberi Status Cagar Biosfer?

Sebelum Raja Ampat, Indonesia memang sudah punya beberapa kawasan yang diakui menjadi cagar biosfer oleh UNESCO. Tetapi status ini bukan cuma pemberian gelar, UNESCO punya beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
- Keanekaragaman hayati dan ekosistem unik – Raja Ampat jelas unggul di sini. Kondisi laut dan terumbu karangnya termasuk yang terbaik di dunia.
- Kemampuan pengelolaan yang berkelanjutan – artinya tidak hanya melindungi alam, tapi juga memperhatikan bagaimana masyarakat bisa hidup dari kawasan itu tanpa merusaknya.
- Keterlibatan masyarakat lokal dan pemangku kepentingan – masyarakat adat, pemerintah, ilmuwan, organisasi lokal harus bisa bekerja sama.
- Fungsi-fungsi pendidikan, penelitian, dan konservasi – karena biosfer bukan cuma soal lindungannya, tetapi juga soal belajar bagaimana menjaga alam dalam konteks perubahan iklim dan tekanan manusia.
Karena Raja Ampat memenuhi kriteria tersebut, UNESCO resmi mengakui wilayah ini sebagai Cagar Biosfer Dunia pada 27 September 2025.
Apa Artinya untuk Masyarakat & Lingkungan Lokal?
Status Cagar Biosfer bukan cuma soal alam dan konservasi. Ada banyak dampak positif yang bisa dirasakan, juga tantangan yang harus dihadapi.
Dampak positif
- Peningkatan perlindungan alam
Dengan status ini, ada harapan bahwa pengelolaan sumber daya alam di Raja Ampat menjadi lebih terstruktur, lebih memperhatikan kelestarian terumbu karang, ekosistem laut darat (termasuk hutan bakau, pantai, dll). - Kepariwisataan yang lebih ramah lingkungan
Raja Ampat sudah populer di segment wisata menyelam dan laut. Dengan status baru, ada peluang pengelolaan wisata yang lebih berkelanjutan, ikut melibatkan masyarakat lokal, memberi manfaat ekonomi tanpa merusak alam. - Pendekatan pembangunan berkelanjutan
Tidak hanya wisata, tetapi perikanan, konservasi laut, pendidikan, penelitian, semua bisa dikembangkan dengan prinsip yang memperhatikan lingkungan dan budaya. - Pengakuan internasional
Pencapaian ini makin mengangkat nama Raja Ampat dan Indonesia di kancah global sebagai contoh pengelolaan kawasan konservasi yang sukses. Bisa jadi menarik dukungan penelitian, kerjasama internasional, dana konservasi, dan sebagainya.
Tantangan yang mesti diwaspadai

Aktivis tambang yang merusak Raja Ampat, (sumber foto: Greenpeace.org)
- Ancaman aktivitas ekonomi yang merusak
Tambang, perusakan terumbu karang karena penambakan, polusi laut, dan praktik-praktik lain yang belum ramah lingkungan tetap ada. Status ini harus menjaga agar semua itu ditekan seminimal mungkin. - Keadilan sosial dan keterlibatan masyarakat adat
Masyarakat adat memiliki peran penting dan sudah sejak lama menjaga alam. Tapi, memastikan mereka diikutsertakan dalam pengambilan keputusan dan mendapatkan manfaat, tidak selalu mudah. - Pendanaan dan kapasitas pengelolaan
Mengelola wilayah seluas 135 ribu km² bukan pekerjaan ringan. Butuh sumber daya manusia, dana, regulasi yang jelas, pengawasan, penelitian ilmiah, dan kerjasama antar instansi. - Perubahan iklim dan ancaman eksternal
Pemanasan laut, kenaikan suhu, polusi plastik, penangkapan ikan yang terlalu intensif: tantangan-tantangan global yang tak bisa diabaikan. Status cagar biosfer harus punya mekanisme adaptasi terhadap perubahan iklim.
Bagaimana Prosesnya Sampai Jadi “Cagar Biosfer”?
Beberapa tahap penting dalam perjalanan Raja Ampat mendapatkan pengakuan:
- Usulan dari Indonesia dilakukan secara resmi oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai bagian dari program Man and the Biosphere (MAB) UNESCO.
- Dokumen nominasi disusun sejak 2023, dengan konsultasi publik dan sosialisasi untuk melibatkan masyarakat, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya.
- Evaluasi dilakukan berdasarkan data keanekaragaman, kondisi lingkungan, kesiapan pengelolaan, dan keterlibatan masyarakat.
Kenapa Ini Penting Bukan Hanya untuk Raja Ampat?

Karena Raja Ampat sekarang menjadi contoh konkret bagaimana satu kawasan laut tropis bisa:
- Melindungi keanekaragaman hayati sampai ke spektrum yang sangat tinggi (karang, ikan, hewan laut langka, dsb).
- Menjalankan konservasi yang tidak mematikan mata pencaharian masyarakat, melainkan memadukannya dengan pembangunan yang ramah lingkungan.
- Menjadi laboratorium alami untuk penelitian ilmiah tentang kelautan, terumbu karang, biodiversitas, dampak perubahan iklim, dan contoh mitigasi/adaptasi.
- Menunjukkan bahwa pelestarian budaya lokal, kearifan lokal, dan tradisi masyarakat adat itu sangat penting, bukan penghalang, tapi bagian dari solusi.
Kesimpulan: Harapan dan Tanggung Jawab Bersama
Pengakuan UNESCO terhadap Raja Ampat sebagai Cagar Biosfer Dunia adalah kabar menggembirakan. Ini bukan akhir dari perjuangan, tetapi justru awal dari fase baru. Harapan terbesar adalah agar status ini bisa:
- Memastikan kelestarian alam tetap dijaga, terutama terumbu karang dan habitat laut lainnya.
- Memberikan manfaat nyata bagi masyarakat adat dan warga lokal, dalam bentuk lapangan kerja, pelestarian budaya, dan kualitas hidup yang lebih baik.
- Membantu Indonesia dan dunia belajar bagaimana mengelola sumber daya alam laut dengan bijak, adil, dan berkelanjutan.
Semoga Raja Ampat bisa terus menjadi “laboratorium hidup” yang tidak hanya mengagumkan dari segi keindahan alam, tapi juga dari segi bagaimana manusia bisa hidup selaras dengan alamnya.

